Ex-Camp Vietnam: Memori Sejarah di Pulau Galang

Berita32 Dilihat

Kabarpekanbaru.com-Ex Camp Vietnam di Pulau Galang, Kota Batam menjadi destinasi yang wajib wisatawan kunjungi, apalagi jika penghobi sejarah.

Ex Camp Vietnam ini merupakan bekas permukiman pengungsi Vietnam pada tahun 1979 yang sampai saat masih terdapat beberapa keturunan pengungsi yang tinggal di sana.

Permukiman ini menjadi saksi pilu kelamnya krisis kemanusiaan di masa lampau.

Ex Camp Vietnam di Pulau Galang, Kota Batam menjadi destinasi yang wajib wisatawan kunjungi, apalagi jika penghobi sejarah.

Ex Camp Vietnam ini merupakan bekas permukiman pengungsi Vietnam pada tahun 1979 yang sampai saat masih terdapat beberapa keturunan pengungsi yang tinggal di sana.

Permukiman ini menjadi saksi pilu kelamnya krisis kemanusiaan di masa lampau.

Untuk bisa sampai ke Ex Camp Vietnam, wisatawan menempuh perjalanan sejauh 60 kilometer dari pusat Kota Batam.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau, Raja Heri Mokhrizal, SH. MH mengatakan, Ex Camp Vietnam bisa menjadi salah satu pilihan destinasi wisata di Kepri.

Selain berwisata, Ex Camp Vietnam juga bisa menjadi pelajaran atau edukasi sejarah tentang dampak perang ke generasi muda.

“Sejarah pilu tentang kemanusiaan yang masih dapat kita saksikan jejak sejarahnya. Perjuangan pengungsi demi mendapatkan suaka yang berjuang dengan mengarungi lautan menggunakan kapal akhirnya berlabuh untuk sementara di Pulau Galang,” katanya.

Heri menyampaikan, ke depannya pemerintah mempertimbangkan revitalisasi bangunan Ex Camp Vietnam agar semakin menarik.

Ia pun mengundang seluruh wisatawan mancanegara dan domestik untuk berkunjung ke Ex Camp Vietnam sembari belajar sejarah.

“Tempat ini sangat syarat dengan nilai sejarah yang pasti akan selalu menjadi magnet kunjungan bagi wisatawan baik dalam maupun luar daerah,” ucapnya.

Heri menambahkan, saat ini pemerintah menyediakan transportasi laut setiap dua pekan sekali untuk sisa pengungsi yang masih bertahan.

Transportasi ini digunakan pengungsi untuk berbelanja kebutuhan pokoknya, selain itu juga menggeliat kan ekonomi di Tanjungpinang.

“Dan untuk belanja bahan pokok mereka disediakan transportasi laut dua pekan sekali untuk PP Galang-Tanjungpinang. Geliat ekonomi UMKM di Tanjungpinang semakin bagus, mereka satu rombongan 100 orang lebih,” tambahnya.

Sejarah Ex-Camp Vietnam

Pulau Galang, yang terletak di Kepulauan Riau, Indonesia, menjadi lokasi penampungan pengungsi Vietnam sejak tahun 1979. Krisis yang dipicu oleh perang Vietnam dan pelarian ribuan orang yang ingin meninggalkan tanah air mereka akibat penindasan dan kekerasan, mendorong pemerintah Indonesia untuk membuka pintu bagi para pengungsi ini. Selama dua dekade, Pulau Galang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 250.000 pengungsi.

Pengungsi Vietnam yang tiba di Galang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang melarikan diri dari rezim komunis di Vietnam Selatan setelah kejatuhan Saigon pada tahun 1975. Dengan ditutupnya pertempuran dan berdirinya Republik Sosialis Vietnam, banyak warga Vietnam yang merasa terancam dan memilih untuk meninggalkan negara mereka.

Pemerintah Indonesia, dalam hal ini, memberikan kesempatan kepada para pengungsi untuk hidup di Pulau Galang. Mereka membangun kamp di mana mereka bisa tinggal, bekerja, dan menunggu proses pemindahan ke negara ketiga. Di kamp ini, para pengungsi menerima dukungan dari berbagai organisasi internasional, termasuk UNHCR dan Palang Merah Internasional.

Kehidupan di Ex-Camp Vietnam

Kehidupan di Ex-Camp Vietnam bukanlah hal yang mudah. Meskipun memiliki atap di atas kepala dan makanan yang cukup, banyak pengungsi yang harus berjuang menghadapi rasa kehilangan, kesedihan, dan ketidakpastian mengenai masa depan mereka. Berbagai kegiatan diadakan di kamp untuk menjaga moral dan semangat para pengungsi. Mereka terlibat dalam berbagai aktivitas, seperti belajar keterampilan, berkebun, dan berpartisipasi dalam pertunjukan seni.

Komunitas di kamp ini cukup beragam. Ada mereka yang datang dari kota-kota besar di Vietnam, serta mereka yang berasal dari pedesaan. Perbedaan latar belakang ini menciptakan dinamika sosial yang unik di antara pengungsi. Meskipun terpisah dari tanah air mereka, banyak di antara mereka yang berhasil membangun jaringan sosial dan saling mendukung di dalam kamp.

Penutupan dan Warisan Sejarah

Ex-Camp Vietnam mulai ditutup pada tahun 1996, setelah banyak pengungsi berhasil dipindahkan ke negara ketiga seperti Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Namun, tidak semua pengungsi bisa meninggalkan kamp, dan beberapa di antaranya memilih untuk tetap tinggal di Indonesia.

Saat ini, bekas kamp pengungsi tersebut telah menjadi salah satu situs bersejarah yang dilestarikan. Terdapat beberapa bangunan yang tersisa, termasuk barak, sekolah, dan fasilitas umum yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah para pengungsi Vietnam. Pemerintah setempat dan berbagai organisasi juga telah berupaya untuk mengembangkan tempat ini menjadi obyek wisata yang edukatif.

Ex-Camp Vietnam kini menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, terutama bagi mereka yang tertarik dengan sejarah dan kemanusiaan. Pengunjung dapat melihat sisa-sisa bangunan yang pernah menjadi tempat tinggal para pengungsi, serta mendengarkan cerita-cerita yang menyentuh tentang perjuangan mereka.

Selain itu, tempat ini juga menawarkan pemandangan alam yang indah, dengan pantai-pantai yang menawan dan hutan tropis yang asri. Bagi pengunjung yang ingin memahami lebih dalam tentang kehidupan para pengungsi, tersedia berbagai informasi dan pameran yang menggambarkan kondisi yang mereka hadapi selama tinggal di kamp.

Ex-Camp Vietnam di Pulau Galang, Kota Batam, merupakan tempat yang menyimpan sejarah yang kaya akan nilai kemanusiaan. Melalui kisah para pengungsi, kita diajak untuk merenungkan perjalanan hidup manusia yang penuh liku. Tempat ini tidak hanya berfungsi sebagai objek wisata, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya toleransi, kemanusiaan, dan penghormatan terhadap nilai-nilai kehidupan. Dengan mengunjungi Ex-Camp Vietnam, kita tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar dari sejarah yang telah membentuk kehidupan banyak orang.