Produktivitas Kelapa Rakyat Riau Terancam: Hama dan Penyakit Jadi Sorotan

Berita, Pendidikan79 Dilihat

KabarPekanbaru.com — Tanaman kelapa yang menjadi komoditas andalan masyarakat di Riau, khususnya wilayah Indragiri Hilir, tengah menghadapi tantangan serius. Selain anomali cuaca yang sedang “trek” atau kering berkepanjangan, kelangkaan pupuk subsidi hingga serangan hama dan penyakit menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan produktivitas kebun kelapa rakyat.

Dosen Proteksi Tanaman dari Fakultas Pertanian Universitas Riau, Irfandri, SP, MSi, menjelaskan bahwa saat ini terdapat empat jenis hama utama dan empat penyakit serius yang kerap menyerang tanaman kelapa. Jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, tanaman bukan hanya mengalami penurunan hasil panen, tetapi juga dapat mati dalam waktu singkat.

Hama paling umum yang kerap ditemukan di kebun kelapa adalah kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros), yang menyerang bagian pucuk kelapa dan membuat daun muda berlubang seperti kipas. Irfandri menyarankan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (IPM), antara lain dengan:

  • Sanitasi kebun
  • Penggunaan jamur entomopatogen Metarhizium anisopliae
  • Feromon perangkap
  • Insektisida sistemik sebagai opsi terakhir

Hama lainnya, seperti Sexava spp, menyerang daun dan buah muda hingga menyisakan pelepah seperti lidi. Untuk mengatasinya, Irfandri menyarankan pelepasan parasitoid Leefmansia bicolor serta bioinsektisida berbahan aktif Metabron.

Dua hama lain yang tak kalah merusak adalah kumbang merah kelapa (Rhynchophorus ferrugineus) dan kumbang daun kelapa (Brontispa longissima), yang menyebabkan daun menggantung, batang berlubang, dan daun muda menggulung. Penanganannya dapat dilakukan dengan jamur Beauveria bassiana dan parasitoid Asecodes hispinarum, yang bersifat ramah lingkungan.

Di sisi penyakit, Ganoderma boninense adalah musuh utama. Jamur ini menyebabkan busuk pangkal batang, pelepah mudah rontok, hingga kematian tanaman. Pengendalian dilakukan dengan jamur Trichoderma spp. serta rotasi tanaman, sementara penggunaan fungisida kimia dibatasi karena dampaknya terhadap lingkungan.

Selain itu, kelapa juga rentan terhadap:

  • Layu Fusarium (Fusarium oxysporum)
  • Busuk ujung daun akibat defisiensi unsur hara
  • Penyakit paling mematikan: Layu phytoplasma, seperti Layu Natuna dan Layu Kalimantan

“Phytoplasma menyerang sistem pembuluh tanaman. Jika tidak ditindak, kelapa bisa mati dalam 6–18 bulan,” kata Irfandri. Solusinya adalah pohon yang terinfeksi harus ditebang dan dibakar, serta pengendalian gulma inang serangga pembawa. Antibiotik seperti Oxyhydrotetracycline juga bisa digunakan untuk pencegahan.

Irfandri menekankan bahwa tidak ada solusi tunggal dalam menghadapi masalah ini. Pendekatan Integrated Pest Management (IPM) menjadi kunci utama yang mencakup:

  • Pemantauan rutin
  • Varietas kelapa tahan hama
  • Sanitasi kebun
  • Pemupukan berimbang
  • Pemanfaatan musuh alami (jamur dan parasitoid)

“Pestisida kimia harus jadi opsi terakhir dan digunakan secara selektif,” tegasnya.

Langkah cepat dan terintegrasi sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan masa depan kelapa Riau sebagai komoditas unggulan, sekaligus menjaga ketahanan ekonomi petani di tengah tekanan perubahan iklim dan minimnya sarana produksi.