Tim SAR Temukan Jenazah Nelayan Yang Hilang di Perairan Panipahan

Berita95 Dilihat

Kabarpekanbaru.com — Tim SAR gabungan telah menemukan Azwar, seorang nelayan berusia 53 tahun yang sebelumnya dilaporkan hilang setelah tenggelam di perairan Panipahan, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Provinsi Riau. Korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Minggu, (3/11), sekitar 50 meter dari lokasi kapalnya yang mengalami kebocoran. Proses pencarian yang melibatkan berbagai instansi SAR ini berlangsung selama dua hari sejak laporan hilangnya Azwar diterima.

Kepala Basarnas Pekanbaru, Budi Cahyadi, menyatakan bahwa korban ditemukan pada koordinat 2° 27′ 2″ N 100° 30′ 58″ E. Lokasi penemuan korban ini tidak jauh dari posisi kapal yang dilaporkan mengalami kerusakan. Tim SAR yang terdiri dari personel Basarnas, polisi perairan, TNI AL, dan nelayan setempat telah bekerja sama dalam proses pencarian dengan menggunakan berbagai peralatan pencarian laut, termasuk kapal karet dan sonar, guna memudahkan identifikasi lokasi.

“Satu orang korban nelayan yang sebelumnya hilang tenggelam sudah ditemukan. Korban atas nama Azwar ditemukan dalam kondisi meninggal dunia,” jelas Budi saat memberikan keterangan pers di Pekanbaru pada Senin,(04/11). Penemuan Azwar tentu membawa kelegaan sekaligus duka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekan nelayan lainnya.

Setelah ditemukan, korban segera dievakuasi oleh tim SAR dan dibawa ke Pelabuhan Aliong, tempat di mana pihak keluarga telah menunggu. Di pelabuhan ini, jenazah Azwar diserahkan kepada keluarganya. Dalam kesempatan ini, Budi menyampaikan rasa belasungkawa kepada keluarga korban dan berharap agar kejadian serupa tidak terulang lagi. Ia juga mengimbau para nelayan agar selalu memastikan kondisi kapal dan peralatan keselamatan sebelum melaut.

Dengan ditemukannya korban yang hilang, Basarnas memutuskan untuk menutup operasi pencarian. Tim gabungan yang terlibat dalam pencarian juga segera kembali ke kesatuan masing-masing. Budi menyampaikan apresiasinya atas kerja sama seluruh pihak yang terlibat dalam operasi ini. “Operasi SAR dinyatakan ditutup dan tim gabungan yang terlibat kembali ke kesatuan masing-masing,” ungkapnya.

Peristiwa ini bermula pada Sabtu,(02/11), ketika Basarnas Pekanbaru menerima laporan adanya kecelakaan kapal nelayan yang mengalami kebocoran di perairan Panipahan, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rohil. Kapal tersebut membawa empat orang nelayan, yaitu Azwar, Adut, Rudi, dan Sijek. Dalam laporan awal, kapal yang mereka gunakan dilaporkan bocor dan menyebabkan kapal tersebut tenggelam. Dari empat orang di dalam kapal, tiga orang berhasil selamat sementara Azwar dilaporkan hilang setelah tenggelam.

Kronologi kejadian ini bermula ketika kapal nelayan tersebut berlayar di sekitar koordinat perkiraan lokasi kejadian, yaitu 02°27’00” N dan 100°39’00” E. Ketika kapal mengalami kebocoran, para nelayan sempat berupaya menyelamatkan diri dengan menggunakan pelampung darurat. Sayangnya, Azwar, yang diduga tidak sempat mengenakan pelampung, terbawa arus dan akhirnya hilang. Tim SAR gabungan langsung melakukan pencarian setelah menerima laporan. Pencarian dilakukan dengan menyisir area perairan tempat kejadian dan memperluas area pencarian sesuai perkiraan arus laut.

Dalam operasi pencarian ini, tim SAR gabungan sempat menghadapi beberapa kendala. Salah satu tantangan utama adalah cuaca buruk yang disertai angin kencang serta gelombang yang cukup tinggi, yang dapat menghambat manuver kapal pencari. Kondisi cuaca ini menjadi hambatan dalam upaya pencarian, namun tim tetap berupaya maksimal. Selain itu, medan pencarian yang luas juga menyulitkan pencarian korban karena perairan Panipahan cukup dalam dan luas, sehingga membutuhkan waktu dan ketelitian dalam proses pencarian.

Pihak Basarnas juga telah mengingatkan para nelayan agar selalu memprioritaskan keselamatan sebelum melaut. Mereka diimbau untuk selalu membawa pelampung, perangkat navigasi, dan memastikan kondisi kapal dalam keadaan baik. Selain itu, komunikasi dengan pihak darat juga penting agar nelayan dapat segera melaporkan kondisi darurat jika terjadi insiden di tengah laut.

Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan dan keselamatan saat melaut, terutama bagi nelayan yang menggantungkan hidup dari hasil laut. Perairan Panipahan memang dikenal sebagai salah satu kawasan dengan aktivitas penangkapan ikan yang cukup tinggi, namun juga memiliki tantangan alam tersendiri. Pemerintah daerah dan pihak Basarnas Pekanbaru pun berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada nelayan dalam hal keselamatan di laut agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan.