Kabarpekanbaru.com-Kasus malaria di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, telah memicu respons serius dari pemerintah daerah dan Tim Satuan Tugas (Satgas) penanganan malaria. Setelah ditemukannya genangan air di sekitar rumah warga yang berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles, penyebab malaria, Satgas langsung mengambil tindakan cepat. Penemuan ini dilakukan setelah tim melakukan investigasi menyusul munculnya 139 kasus malaria yang terkonfirmasi di wilayah tersebut. Langkah-langkah strategis telah disiapkan dan diimplementasikan untuk menekan penyebaran penyakit ini.
Pejabat (Pj) Bupati Indragiri Hilir, Erisman Yahya, dalam keterangannya di Tembilahan, Senin, menyatakan bahwa tim telah melakukan penyelidikan epidemiologi di Desa Simbar. Fokus utama adalah di sekitar pondok pesantren yang menjadi salah satu lokasi utama terdeteksinya kasus malaria. Dalam upaya pencegahan, tim Satgas telah menaburkan larvasida, bahan kimia yang digunakan untuk membasmi jentik-jentik nyamuk, di area yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Anopheles. Larvasida ini berfungsi untuk mengurangi risiko penyebaran malaria dengan menghambat pertumbuhan nyamuk dari tahap larva.
Selain itu, Erisman juga menjelaskan bahwa koordinasi dilakukan dengan kepala desa dan petugas Puskesmas setempat guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria. Edukasi tentang pentingnya mengenali gejala-gejala malaria dan melaporkan kasus yang mencurigakan menjadi fokus utama dalam upaya pemberantasan malaria. “Tim sudah melakukan penaburan larvasida untuk mengatasi jentik-jentik yang ada dan berkoordinasi dengan kepala desa serta petugas pusat kesehatan masyarakat pembantu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai gejala malaria,” ujar Erisman.
Pj Bupati Indragiri Hilir juga menekankan bahwa menjaga kebersihan lingkungan, terutama memasuki musim penghujan, sangat penting dalam pencegahan malaria. Nyamuk Anopheles, yang menjadi vektor penyebar malaria, biasanya berkembang biak di air tergenang, yang sering terbentuk di lingkungan yang tidak terjaga kebersihannya. Oleh karena itu, masyarakat diminta secara aktif membersihkan genangan air di sekitar tempat tinggal mereka untuk meminimalisir risiko penyebaran malaria.
“Kami mengajak masyarakat untuk secara aktif membersihkan genangan air dan menjaga sanitasi di sekitar rumah masing-masing. Dengan begitu kita bisa meminimalisir risiko penyebaran malaria dan penyakit lainnya,” tambahnya. Menurutnya, kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk mengendalikan wabah ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil, Rahmi Indrasuri, memaparkan data terbaru tentang perkembangan kasus malaria di wilayah tersebut. Hingga 16 Oktober 2024, pihaknya telah memeriksa 1.621 orang. Dari jumlah tersebut, 139 orang dinyatakan positif malaria. Data ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus yang memerlukan tindakan pencegahan lebih lanjut serta pengobatan intensif terhadap pasien yang terinfeksi.
“Total pasien positif saat ini adalah 139 orang. Kami terus melakukan tindak lanjut pengobatan kepada pasien yang sudah terdeteksi,” jelas Rahmi.
Satgas malaria di Inhil terus memantau perkembangan kasus ini melalui berbagai upaya, salah satunya adalah pemberian pengobatan secara gratis kepada pasien positif malaria. Selain pengobatan, berbagai kegiatan pencegahan juga terus dilakukan secara intensif oleh Dinas Kesehatan dan Satgas malaria.
Dalam upaya mengendalikan penyebaran malaria, berbagai tindakan pencegahan telah diimplementasikan. Salah satunya adalah kegiatan Indoor Residual Spraying (IRS), yaitu penyemprotan insektisida di dalam rumah warga yang bertujuan membunuh nyamuk dewasa yang berada di dalam ruangan. IRS diharapkan dapat mengurangi risiko penularan malaria, terutama di rumah-rumah yang berdekatan dengan lokasi terjadinya penularan.
Selain itu, kegiatan Monitoring dan Berantas Sarang Nyamuk (MBS) juga telah dilaksanakan. MBS dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghancurkan tempat-tempat perindukan nyamuk, seperti genangan air, yang bisa menjadi sarang nyamuk Anopheles. Tindakan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Laboratorium Kesehatan Masyarakat Batam, Dinas Kesehatan Riau, Dinas Kesehatan Kabupaten Inhil, serta relawan lokal.
Rahmi menambahkan bahwa kolaborasi antara berbagai pihak, baik pemerintah daerah, tenaga medis, hingga aparat keamanan, sangat penting dalam penanganan malaria. Upaya bersama ini diharapkan dapat memutus rantai penyebaran malaria dan mengurangi jumlah kasus baru yang muncul di wilayah tersebut.
Dengan langkah-langkah yang telah diambil dan keterlibatan aktif dari seluruh pihak, diharapkan penularan malaria di Kabupaten Indragiri Hilir dapat segera diatasi. Keberhasilan upaya ini sangat bergantung pada kerja sama antara masyarakat dan pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan, menghindari genangan air, serta melaporkan gejala malaria dengan cepat.
Wabah malaria di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, telah memicu tindakan cepat dari pemerintah daerah dan Satgas malaria. Dengan melibatkan berbagai pihak dalam upaya pencegahan dan pengobatan, serta edukasi masyarakat, pemerintah berharap dapat segera mengatasi penyebaran penyakit ini. Kebersihan lingkungan dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam menanggulangi malaria dan menjaga kesehatan di wilayah tersebut.