Kabarpekanbaru.com-Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Pekanbaru Riau pada tahun 2024 menjadi ajang pertarungan yang menarik antara lima pasangan calon yang tengah berjuang memperebutkan hati masyarakat. Dengan jumlah pemilih yang mencapai 813.313, persaingan dalam Pilwako ini sangat ketat dan setiap pasangan calon (paslon) berusaha keras untuk menarik simpati masyarakat. Namun, siapa di antara mereka yang memiliki peluang paling kuat?
Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau, Dr. Saiman Pakpahan, menyatakan bahwa setiap pasangan calon memiliki keunggulan dan prestasi masing-masing. Namun, menurutnya, politik adalah sesuatu yang dinamis dan selalu berubah, tergantung bagaimana setiap paslon bermain dalam merebut hati masyarakat.
“Politik ini dinamis, bisa berubah-ubah, dan ini yang sedang dimainkan masing-masing calon dalam merebut hati masyarakat,” ujar Saiman dalam wawancaranya pada Rabu (23/10).
Kelima pasangan calon yang bertarung dalam Pilwako Pekanbaru kali ini memiliki rekam jejak atau track record yang berbeda-beda. Menurut Saiman, setiap calon juga mempunyai strategi dan keunggulan tersendiri untuk memenangkan kontestasi ini. Namun, dalam pandangannya, ada salah satu pasangan calon yang memiliki daya tarik khusus dan potensi besar untuk menang, yaitu pasangan Agung Nugroho dan Markarius Anwar.
Saiman mengungkapkan bahwa Agung Nugroho memiliki sejarah politik yang kuat, khususnya dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) di daerah pemilihan Pekanbaru. Pada Pileg tahun 2018, Agung berhasil meraih 27.800 suara, dan jumlah tersebut meningkat tajam pada Pileg tahun 2024 dengan perolehan 47.198 suara. “Artinya, Agung ini merawat pemilih di Pekanbaru,” jelas Saiman.
Kemampuan Agung untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan jumlah pemilihnya menunjukkan bahwa ia berhasil membangun hubungan yang kuat dengan basis pendukungnya. Menurut Saiman, hal ini menjadi peluang besar bagi pasangan Agung Nugroho-Markarius Anwar untuk memenangkan Pilwako. Meskipun para pesaingnya, seperti Muflihun, Ida Yulita, dan Instiawati Ayus, juga memiliki pengalaman politik yang mumpuni, Agung dinilai lebih unggul secara elektabilitas.
Selain Agung, Saiman juga menyebutkan beberapa tokoh lain yang turut bertarung dalam Pilwako Pekanbaru ini. Di antaranya, Muflihun yang merupakan mantan Penjabat Wali Kota Pekanbaru, Ida Yulita, Instiawati Ayus, dan Eddy Natar. Mereka semua memiliki rekam jejak yang baik dalam politik, tetapi berdasarkan survei terbaru, Agung Nugroho tampak lebih dominan. “Survei terakhir juga terbukti hasilnya bahwa Agung memang unggul jauh,” kata Saiman.
Keberhasilan Agung dalam merawat hubungan dengan pemilih di Pekanbaru bukanlah tugas yang mudah. Menurut Saiman, kemampuan Agung untuk terus mempertahankan dukungan dari pemilihnya sejak Pileg 2019 hingga Pileg 2024 adalah bukti dari kerja kerasnya. Hal ini juga menjadi modal utama bagi Agung dalam menghadapi Pilwako 2024. Dalam konteks ini, Saiman melihat Agung tidak hanya unggul dalam meraih dukungan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengkonversi dukungan itu menjadi kemenangan di Pilwako.
Sebagai Ketua Partai Demokrat Riau, Agung memiliki jaringan politik yang luas dan solid. Keberadaannya di DPRD Riau juga menambah kekuatannya dalam menarik perhatian pemilih. Ini memberikan keuntungan tambahan bagi pasangan Agung-Markarius dalam upaya mereka untuk memenangkan hati masyarakat Pekanbaru.
Dalam Pilwako Pekanbaru 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan lima pasangan calon yang resmi maju dan telah mengambil nomor urut. Pasangan Muflihun-Ade Hartati mendapatkan nomor urut 1, sedangkan pasangan Instiawati Ayus-Taufik Arakman menempati nomor urut 2. Pasangan Ida Yulita Susanti-Kharisman Risanda mendapat nomor urut 3, sementara pasangan Edy Natar-Destrayani Bibra berada di nomor urut 4. Terakhir, pasangan Agung Nugroho-Markarius Anwar mendapatkan nomor urut 5.
Masing-masing pasangan calon telah merancang strategi kampanye untuk memenangkan Pilwako ini. Persaingan semakin ketat, mengingat setiap calon memiliki basis pendukung dan kekuatan politik yang berbeda. Pasangan Muflihun-Ade Hartati, misalnya, memanfaatkan pengalaman Muflihun sebagai mantan Penjabat Wali Kota Pekanbaru untuk menarik simpati pemilih. Sementara itu, pasangan Instiawati Ayus-Taufik Arakman juga berusaha memanfaatkan jaringan politik mereka di tingkat provinsi untuk memperkuat elektabilitas.
Saiman menekankan bahwa meskipun setiap pasangan calon memiliki kekuatan masing-masing, politik tetaplah sangat dinamis. Artinya, hasil akhir dari Pilwako ini sulit untuk diprediksi dengan pasti, meskipun ada calon yang saat ini unggul dalam survei. “Politik bisa berubah sewaktu-waktu, dan semuanya bergantung pada bagaimana masing-masing pasangan calon memanfaatkan momentum dalam kampanye mereka,” jelasnya.
Lebih lanjut, Saiman mengingatkan bahwa dalam kontestasi politik, strategi kampanye sangat berperan dalam menentukan hasil akhir. Bagaimana para pasangan calon berinteraksi dengan masyarakat, menawarkan program-program yang konkret, dan menjaga hubungan dengan pemilih akan sangat mempengaruhi perolehan suara mereka.
Dalam beberapa minggu ke depan, kampanye akan semakin intensif, dan setiap pasangan calon pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk menarik hati pemilih. Saiman menyarankan agar para calon tidak hanya mengandalkan popularitas, tetapi juga harus mampu memberikan solusi nyata terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat Pekanbaru.
Dengan demikian, Pilwako Pekanbaru 2024 bukan hanya tentang siapa yang paling dikenal, tetapi juga siapa yang paling mampu memberikan harapan bagi masa depan Pekanbaru. Masyarakat Pekanbaru tentu berharap pemimpin yang terpilih nanti mampu membawa perubahan positif bagi kota ini.